Bulan Rabiul Awwal identik dengan maulid Nabi. Peringatan maulid tersebut diselenggarakan semarak di berbagai negeri. Padahal ada juga seorang tokoh penting yang lahir bersamaan dengan tanggal dan bulan kelahiran Nabi. Beliau adalah Imam Jafar As Shodiq, keturunan Rasulullah dari jalur Imam Husain. Ayahnya adalah Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husain.
Imam Ja'far lahir di Madinah tahun 80 H. Beliau berguru kepada ayahnya Imam Al Baqir. Sejak kecil beliau menaruh perhatian yang besar terhadap hafalan Al qur’an dan hadist sehingga beliau digelari alimul Madinah (orang jeniusnya Madinah).
Dari penelusuran redaksi di situs ahmadbinhambal.com, Beliau juga sejak kecil digelari as shodiq karena kejujurannya dalam masalah hadist, juga perkataan dan tindakan. Ketika menginjak dewasa beliau digelari al imam dan al faqih.
Dalam hal kedermawanan, beliau seperti juga kakeknya yang pada malam hari memanggul karung gandum dan membagi-bagikan kepada faqir miskin.
Masih menurut ahmadbinhambal.com, murid-murid beliau banyak sekali diantaranya yang terkenal Yahya bin Sa’id al-Anshari, al-Qaththan, Abdul Malik bin Juraij, Sufyan ats-Tsauri, Syu’bah bin Hajjaj, Sufyan bin Uyainah dan Abu Hanifah dan masih banyak lagi. Para Imam hadits kecuali Imam al Bukhari meriwayatkan hadits-hadits Imam Ja’far pada kitab-kitab mereka.
Kefakihan Imam Jafar dibuktikan dengan pengakuan Abu Hanifah yang berkata,”Tidak ada orang yang lebih faqih dari Ja’far bin Muhammad.” Bahkan Ibnu Taimiyah pun memujinya dengan ungkapan: “Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad termasuk imam, berdasarkan kesepakatan Ahli Sunnah”
Sementara menurut situs jabar.nu.or.id , Imam Ja’far ash-Shodiq (w. 148 H./765 M.) menjadi masyayikh Naqsyabandiyah setelah Imam Al-Qosim bin Muhammad, juga masyayikh Qodiriyah-Naqsyabandiyah dan tarekat Syathariyah setelah Imam Muhammad al-Baqir.
Dari riwayat hidup diatas, jelaslah bahwa Imam Ja’far memiliki posisi penting dan istimewa bagi para pengikutnya. Oleh karena itulah KSK merasa berkewajiban pula untuk memperingati kelahiran beliau.
Bersamaan dengan acara rutin malam jum’at tgl 28 Oktober 2021, acara tersebut digelar dengan sederhana. Uztad Ridwan kembali didaulat untuk membawakan hikmah wiladah.
Dalam pengantar ceramahnya, Gurunda seperti biasa mengajak hadirin untuk bersyukur kepada Allah. Terlebih lagi pada acara yang terbilang spesial ini karena hanya segelintir kecil orang yang memperingatinya. Menurutnya, ini merupakan nikmat khusus yang tidak setiap orang mendapatkannya. Bahkan bagi orang-orang yang mengakui wilayahnya pun belum tentu berkesempatan memperingatinya. Oleh karena itulah beliau mengucapkan terimakasih dan penghargaannya kepada KSK karena mengadakan majelis wiladah yang terbilang langka ini.
Imam Shodiq hidup pada zaman dua dinasti yakni Umayyah dan Abbasiyah. Dalam kondisi tersebut Imam berupaya menggunakan seluruh metode dalam menyebarkan ajarannya. Meskipun demikian, karena kuatnya tekanan penguasa maka tidak ada peluang sama sekali bagi imam selain bergerak di bidang pendidikan.
Di akhir pemerintahan Bani Umayyah ketika kepemimpinan melemah, Imam memiliki peluang besar menyebarkan ajaran Rasulullah. Hal tersebut berlanjut di awal-awal kekuasaan Bani Abbasiah. Saat itu banyak orang termasuk para ulama yang datang berguru di majelis beliau. Jumlah murid-muridnya terbilang fantastis, sekitar empatribuan orang. Banyak diantaranya yang tidak berwilayah kepada beliau.
Salah satu muridnya yang menjadi salah seorang imam mazhab. Dia adalah Nu’man bin Tsabit (Imam Abu Hanifah) menisbatkan diri, berguru kepada Imam Ja’far Shadiq. Dari dialah ungkapan yang cukup terkenal, “Seandainya dua tahun itu (yakni, waktu aku berguru kepada Imam Ja’far Shadiq) tidak ada, niscaya Nu’man akan celaka.”
Salah seorang murid Imam yang terkenal lainnya adalah Bayazid Bustami. Dia termasuk Mahaguru tasawuf yang populer. Bayazid merupakan seorang pengelana pengetahuan yang mumpuni. Jimlah gurunya pun fantastis, sekitar 100-an guru dia datangi untuk belajar.
Ketika Bayasid mendengar tentang Imam, maka diapun mendatanginya di Madinah. Dia sempat belajar selama dua tahun disamping imam sampai akhirnya Imam menyuruhnya untuk kembali. Maka diapun kemudian menyusuri kembali daerah-daerah yang pernah dia datangi. Tujuannya untuk meluruskan kembali apa-apa yang telah diajarkannya dahulu. Sampai tiba di bagian utara selatan Iran dan dia dimakamkan ditempat tersebut.
Berkaitan dengan gerakan Imam Ja’far, pernah ada seorang pengikutnya datang untuk mengajak Imam melakukan revolusi melawan penguasa zalim. Imam kemudian spontan memerintahkan orang itu masuk di perapian penuh api yang membara. Sontak orang tersebut kaget, tidak berani sambil berdalih. Saat itu Imam langsung memerintahkan seorang murid dekatnya untuk masuk kedalam api. Tanpa berpikir panjang, spontan murid tersebut langsung menceburkan diri kedalam api. Ajaibnya si murid tersebut sama sekali tidak terbakar dan tidak merasakan panasnya bara api tersebut. Imam kemudian mengatakan, seandainya ada sekian orang yang seperti si murid ini, maka pasti beliau akan melakukan gerakan revolusi.
Belajar dari kisah di atas, Gurunda Uztad Ridwan kembali menekankan untuk mengaktualkan pengetahuan yang telah didapat. Karena menurutnya kalau sekedar pada tataran teori, kita akan sangat merugi karena semua itu akan dipertanggungjawabkan.
Sambil menyinggung pertemuan Rahbar dengan kalangan ulama, bahwa sudah seharusnya para pelajar, mahasiswa belajar irfan amali. Kalau sekedar irfan nazari tidak akan memberi banyak manfaat kalau tidak diaktualkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut beliau, irfan amali harus menjadi pola aktivitas setiap saat, sambil berpesan agar jangan sampai kita keluar dari kondisi kekhususan ini.
0 Komentar