Pandemi telah memutus terselenggaranya peringatan maulid akbar komunitas KSK. Terakhir terselenggara sekitar 3 tahun lalu di gedung Growth Centre Makassar. Alhamdulillah, di penghujung bulan Rabiul Awal 1443 H, Oktober 2021 kembali KSK menyelenggarakan perlehatan maulid akbar di balkon lantai 3 sebuah ruko di Makassar.
Acara tersebut diawali dengan jihad para srikandi ibu-ibu KSK yang bahkan rela tidak tidur semalaman demi mempersiapkan konsumsi. Mereka melakukan penghidmatan maksimal dalam membuat kaddo minnya sebagai ciri khas sajian maulid bugis makassar. Dalam hal ini kaddo minyya dan telur hias bisa dimaknai sebagai simbol perlawanan kebudayaan terutama bagi mereka yang menentang dan membid'ahkan maulid.
Komunitas Sungai Kenabian bertekad untuk senantiasa menyelenggarakan acara-acara maulid/wiladah maupun syahadah para wali-wali Allah. Terutama para Imam dari keturunan Nabi yang menjadi Mursyid Besar dan rujukan syari'ah dan spritual sepanjang rentang sejarah pasca nabi sampai hari ini. Demikian antara lain sambutan Kanda Tajuddin Noer sebagai Ketua KSK.
Maulid kali ini dengan tema Transformasi Ruhani Menuju Tatanan Nubuwwah. Tampil sebagai pembawa hikmah adalah Gurunda Dr. Syamsunar Nurdin.
Dalam ceramahnya, beliau menguraikan tiga kekhususan Rasulullah. Pertama adalah aspek kebasharannya. Nabi kita terlahir sebagai jenis manusia seperti kita. Nabi melaksanakan aktifitas sebagaimana layaknya manusia biasa. Pergi ke pasar, menjahit pakaian, menjahit sandal, dan lain-lain.
Disamping itu Rasulullah juga menikah dan berketurunan. Bahkan Rasulullah berpoligami. Tapi beliau buru-buru menegaskan bahwa bukan berarti kita harus mengikuti nabi dalam hal ini. Mengingat pada masa nabi kecenderungan masyarakat beristri puluhan bahkan seratusan itu hal yang lumrah. Islam datang dan meminimalisir 4. Masa itu masih sangat sederhana. Berbeda dengan sekarang ini dimasa ekonomi biaya tinggi, satu saja susah. Meskipun demikian tidak boleh juga menutup rapat-rapat peluang kebolehan syariah tersebut.
Dari segi pola hidup, kehidupan nabi juga sangat berbeda dengan kalangan agama lain. Misalnya dengan model pertapaan dan kerahiban. Menurutnya, cara seperti ini justru menjauhi kehidupan bashar.
Dari dimensi strata kehidupan paling rendah, Rasulullah tidak merasa segan hidup di kalangan masyarakat mustad'afin. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surah Al-Kahf-110: Qul innama ana basharun mithlukum..... Katakanlah, aku ini manusia biasa seperti kamu....
Berbeda dengan malaikat, yang kesempurnaannya tidak mungkin bisa di contoh manusia. Malaikat tidak makan dan minum, tidak letih beribadah dan juga tidak memiliki hawa nafsu sehingga terjaga dari kesalahan. Rasulullah meskipun terlahir sebagai manusia tapi terjamin kemaksumannya.
Oleh karena itulah berdasarkan pendekatan filsafat dan irfani, manusia bisa melampaui derajat malaikat. Sebagaimana ma’rifat transenden nabi tidak didapatkan dari belajar melainkan oleh wahyu yang diturunkan kepadanya. Pembicaraan nabi tidak pernah dipengaruhi oleh hawa nafsunya. Semata-mata merupakan pancaran misykat cahaya Ilahi.
Gurunda uztad Syamsyunar membandingkan sebagian kita dalam berorganisasi. Beliau menyentil kebiasaan kita menceritakan atau bahkan menghibah orang. Paling tragis lagi kalau itu dianggap sebagai lulucon yang sedemikian lezat. Itu artinya kita belum bisa membebaskan pembicaraan kita dari pengaruh hawa nafsu.
Dimensi khusus Rasulullah berikutnya adalah dari sisi maknawiah. Beliau melaksanakan ibadah sangat keras sampai kaki beliau bengkak. Beliau senantiasa melakukan amal sholeh. Patuh kepada Allah baik secara badaniah maupun dengan qalbu yang senantiasa mengingat Allah.
Disinilah pentingnya kita melakukan riyadah dan mujahadah. Sambil mengutip Ayatullah Bahjat, Uztad Sunar menyatakan bahwa setiap sholat memiliki jalur spritual tersendiri. Terutama menurutnya yang perlu diperhatikan adalah sholat malam. Pada prinsipnya, kalau mau memperoleh maqam spritual harus dengan sholat malam. Tidak ada maqam kedudukan tanpa sholat malam.
Hal ini sesuai pula dengan riwayat dari Imam Hasan Askari bahwa wushul kepada Allah butuh wasilah sholat malam. Saking pentingnya amalan ini, Rasulullah bahkan mewajibkan dirinya melaksanakannya.
Dimensi ketiga kekhususan nabi adalah dari segi akhlak. Sebagaimana firman Allah, bahwa Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. (“Innama bu’itstu liutammima makarimal Akhlaq”).
Nabi diutus untuk kesempurnaan akhlak, kesempurnaan spritual maupun kesempurnaan sistem sosial. Oleh karena itu kita dituntut meneladaninya.
Dalam salah satu riwayat Rasulullah bersabda :
تَخَلَّقُوا بِأَخْلاَقِ اللهِ
“Berakhlaklah dengan akhlaq Allah”. Akhlak merupakan wadahnya agama. Menurut Uztad, kalau akhlak kita baik maka orang akan mudah menerima apa yang kita sampaikan.
Hal ini juga sesuai dengan riwayat dari Imam Ja’far bahwa tidak ada kehidupan paling bahagia kecuali dengan akhlak yang baik.
Menutup ceramahnya, Uztad Sunar berpesan bahwa akhlak yang baik bukan berarti tidak boleh marah. Kita tidak boleh menghilangkan dimensi ghadab dalam diri kita. Karena dengan demikian kita tidak bisa marah jika islam dihina. Tapi kemarahan tersebut harus proporsional. Sebagaimana akhlak Allah, rahmat-Nya mendahului murka-Nya.
Peringatan maulid KSK kali ini berlangsung khidmat. Gerimis yang menyapa di balkon tak beratap tersebut menambah kekhusukan peserta berharap hujan deras tidak segera turun.
Suatu kesyukuran tersendiri bahwa dalam acara ini dihadiri dua guru besar dan sejumlah azatid, bersama sekitar 100-an jamaah. Gurunda Uztad Ridwan didaulat menutup acara dengan lantunan doa.
0 Komentar