Subscribe Us

ksk logo.jpg

BERENANG DALAM MAKNA HIKMAH, SEBUAH CATATAN AKHIR TAHUN DENGAN BERBAGAI PERSPEKTIF


 

Ahmad Mujahid

Menurut penulis, hidup abadi adalah hidup dalam makna hikmah. Lautan hikmah telah tebarkan dalam ruang dan waktu kehidupan, hingga di sudut-sudut tersempit dan pada waktu tersingkat di dunia. Termasuk pada istilah awal dan akhir tahun sebagai peristiwa alami. Hikmah awal dan akhir tahun dapat dibaca, direnungkan dan diberi makna atau dimaknai dengan berbagai perspektif, antara lain: 

Awal dan akhir menjadi sifat semua al-kaun, makhluk atau ciptaan, termasuk keduanya juga menjadi sifat tahun, karena tahun juga ciptaan, makhluk atau al-kaun. Segala sesuatu yang tercipta memiliki awal dan pasti berujung pada akhir. Awal seluruh ciptaan adalah ketiadaan. Artinya semua ciptaan berawal dari ketiadaan, kemudian menjadi ada karena diadakan atau diciptakan oleh al-Haq atau al-Khalik. Tidak ada ciptaan yang hadir tanpa dihadirkan. Namanya saja ciptaan. Karena itu dapat ditegaskan bahwa ciptaan tidak pernah dapat menciptakan dirinya sendiri. Tidak ada ciptaan yang mandiri semuanya tergantung dan membutuhkan sang Maha Pencipta, Dia al-Ahad as-Shamad. 

Bertolak uraian di atas, maka tradisi menyambut awal tahun bersamaan melepas akhir tahun, sejatinya mengantar penulis memahami dan memakrifati hikmah yang paling fundamental, pertama, utama dan paling penting, serta menjadi landasan hikmah-hikmah berikutnya, yaitu; bahwa sejatinya di setiap awal dan akhir tahun, penulis sebagai manusia mesti dan wajib sadar diri, bahwa dirinya adalah ciptaan yang sangat membutuhkan Pencipta; bahwa dirinya dari ketiadaan yang membutuhkan sang Maha Pengada; bahwa dirinya dimiliki oleh Sang Maha Pemilik dan tidak pernah memiliki tanpa diberi oleh yang Maha memiliki; bahwa dirinya butuh pengaturan Sang Maha Pengatur. Manusia termasuk penulis, apabila ingin mengatur dirinya sendiri, pasti berujung pada kehancuran dan kebinasaan abadi. Tak ada satu pun manusia mampu mengatur dirinya sendiri.

Kesadaran seperti ini sungguh telah diikrarkan dan dipersaksikan manusia di alam pra eksistensi (QS. Al-A'raf/7: 172-173). Setiap manusia telah mempersaksikan kebenaran pra eksistensi, yakni Allah sebagai Rabbnya. Manusia butuh Rububiyah Allah. Manusia termasuk penulis hanyalah makhluk, al-kaun, ciptaan yang butuh kasih sayang dan rahmat al-Khalik; penulis dan manusia lainnya, hanyalah dimiliki dan diatur yang membutuh kasih sayang sang Maha Pemilik dan Pengatur; saya hanyalah makhluk penuh dosa, keburukan, kehinaan dan kerendahan yang butuh ampuan rahmat dan kemuliaan sang Maha Rahman-Rahim, Maha Ghaffar al-Muhsin. Penulis dan semua manusia hanya seorang hamba yang membutuhkan penghambaan kepada yang Maha disembah. 

Demikianlah makna hikmah awal dan akhir tahun, berupa kesadaran diri yang paling fundamental, pertama, utama dan paling penting untuk selalu direviewer, dihadirkan di setiap awal tahun dan disetiap detik, menit, 24 jam menuju akhir tahun. 

Makna hikmah dari peristiwa awal dan akhir tahun sebagai peristiwa alami yang tak kalah pentingnya dimakrifati adalah: bahwa seluruh makhluk, termasuk tahun sebagai waktu pasti berawal dan berakhir. 

Manusia pun demikian. Menurut al-Quran, manusia pernah mengalami masa di mana ia tidak dapat disebut dengan apa pun, karena ia belum ada. Masa ini disebut masa ketiadaan (QS. Al-Insan ayat 1). Setelah diadakan atau diciptakan oleh al-Haq, barulah manusia dapat disebut sesuatu, karena sudah hidup. Jadi manusia berawal dari ketiadaan, yang juga disebut tau kematian pertama kemudian menjadi ada dan hidup di dunia sebagai keberadaan dan kehidupan pertama, namun bersifat sementara dan pasti berakhir (QS. Ali Imran/ 3: 185). Dengan kata lain, keberadaan manusia di dunia berawal dan berakhir.  QS. al-Baqarah ayat 28 menjelaskan demikian.

Menurut penulis, ayat 28 surah ke 2 tersebut, juga mengisyaratkan makna bahwa awal kehidupan manusia di dunia berproses menuju akhir kehidupanya, yakni ketika mengalami kematiannya sebagai ketiadaan kedua di dunia. Waktu proses menuju akhir waktu sangat menentukan kwalitas hidup manusia di akhir waktu kehidupannya. Ketika waktu proses manusia, ia jalani dengan menghidupkan agama akli pada seluruh dimensi kehidupannya, dan pada saat yang bersama, manusia mengendalikan nafsu hewaniahnya, maka akhir hidupnya atau akhir tahunnya menjadi nikmat besar yang menentukan nikmat-nikmat besar dan abadi di alam selanjutnya.

Bertolak dari pemahaman di atas, maka menurut penulis, di akhir tahun dan atau sebelum melepas tahun lama dan menyambut awal tahun baru, sejatinya dijadikan sebagai moment waktu terbaik untuk mengevaluasi diri, melakukan introspeksi diri, otokritik dan hadap diri atau apa pun namnya, terkait dengan apa yang telah dilakukan ketika menjalani waktu proses sebelum berujung di waktu akhir tahun. QS. Al-Hasyar/....secara tegas menganjurkan demikian.

Di akhir tahun ini, sejatinya setiap diri bertanya, selalu bertanya dan terus bertanya sebagai sebuah renungan religius-spiritual yang dalam. Yakni apakah agama Allah yang lurus telah kuhidupkan secara totalitas dan power full di waktu-waktu proses yang telah kujalani di dunia? Apakah waktu prosesku di dunia kujalani dengan bersama agama Allah? Ataukah sebaliknya, waktu proses kehidupanku kujalani dengan kelalaian, kemaksiatan, kefasikan, kedhaliman, kekufuran dan terus konsisten berada dalam lumpur kotoran etika religius-spiritual negatif. Dengan kata lain menjalani dan mengisi waktu proses dengan pengingkaran terhadap agama.

Sekiranya, renungan diri seseorang di akhir tahun menjelan awal tahun berakhir pada kesimpulan, bahwa waktu proses yang ia telah jalani dan lewati adalah hidup dengan tanpa penegakan agama. Sebaliknya dengan pengingkaran terhadap agama atau dengan menegakkan etika-etika religius-spiritual negatif, maka seyogyanya, di akhir tahun dan menyambut awal tahun, menjadi waktu tangisan penyesalan, deraian air mata istigfar dan taubat. Sujud tersungkur dalam kesedihan, penyesalan dan rasa malu yang besar dan berat. Bukan sebaliknya, yakni melepas tahun lama dan menyambut tahun baru dengan kegembiraan yang berujung pada lupa diri dan tak mengenal diri. Canda tawa yang melalaikan dan mematikan hati.

Bagaimana mungkin seseorang mampu bergembira dan tertawa ria? Ketika ia tertimpa musibah terbesar. Yakni musibah yang tidak ada sedikit pun kebajikan padanya. Musibah yang demikian adalah musibah kematian agama dalam hidup kehidupan. Kata Imam Ali Kw. "la hayata illa bi ad-din wa la mauta illa bijuhudil yakin." Dari perkataan Amirulul mukmin Ali tersebut, penulis pahami, hidup tanpa penegakan agama adalah hakekat kematian. Sebaliknya hidup bersama agama adalah hakekat kehidupan itu sendiri.  Dengan perkataan lain, seseorang yang ketika ia menjalani waktu prosesnya hingga ia berada di akhir waktunya di dunia dengan kematian agama, maka sesungguhnya ia telah mati sebelum wafatnya. Sebaliknya, ketika waktu proses dijalani dengan bersama agama, maka sesungguhnya ia tidak pernah mati meskipun ia telah wafat.

Terkait dengan gerakan menghidupkan agama dan larangan pengingkaran terhadap agama ketika menjalani waktu proses di dunia, sesungguhnya telah diisyaratkan oleh QS. Ar-Ruum/ 30: 43. Hikmah utama yang dipesankan oleh ayat ini, menurut penulis adalah, manusia diperintahkan menegakkan agama Allah yang lurus ketika menjalani waktu proses sebelum akhir waktu datang. Dengan kata lain, dalam menjalani waktu proses kehidupan, manusia sejatinya fokus kepada penegakan agama, dengan begitu ia selamat, bahagia, gembira di akhir tahun kehidupannya.

Renungan lubuk kalbuku yang terdalam, membaca makna teguran keras tanpa batas dari ayat 43 surah ke 30. Teguran keras pertama, jangan fokus pada kekayaaan, kekuasaan, jabatan dan wanita. Semua itu musuhmu tanpa agama. Allah tidak pernah mengatakan, menyerukan dan memerintahkanmu; "jadilah kaya, jadilah penguasa, raihlah jabatan dan status sosial tertinggi, kuatkan dirimu dengan keluarga besar, anak yang banyak, baik dari satu istri maupun dengan banyak istri. Karena semua itu hanyalah ujian di awal tahun, di waktu proses dan di akhir tahun. Seruan dan perintah Allah, sederhana saja, yakni tegakkan agama dengan totalitas dan power full dalam proses waktu kehidupanmu dari awal hingga akhir tahun.

Makna hikmah peristiwa awal dan akhir tahun yang alami, juga penulis pahami, ketika penulis mengaitkan awal dan akhir serta waktu proses dalam hidup dengan ibadah salat dan puasa. Menurut penulis, ibadah salat yang didahului dengan kesucian, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta salat itu sendiri adalah proses penghambaan, sesungguhnya mengisyaratkan dan mengajarkan kepadaku hikmah kehidupan yang dalam tanpa batas.

Salat telah berkata kepadaku: "Awalilah waktu kehidupanmu di awal tahun kehidupanmu dengan kesucian. Seperti aku didahului dengan air wudhu kesucian. Dalam waktu proses yang engkau jalani jangan berpisah dengan kesadaran takbir pengagungan akan kebesaran dan keagungan Allah, seperti aku, kata salat, dimulai dengan takbir mengagungkan dan membesarkan Allah.  Bukankah tanda-tanda kekuasaan dan keagungan Allah, sama sekali tidak pernah berpisah denganmu, hanya saja kebanyakan manusia melalaikannya.

Salat kembali melanjutkan nasehat hikmah, dengan berkata, jadikanlah waktu proses kehidupanmu hingga akhir hidup datang dengan penghambaan kepada Allah. Sebagaima aku, kata salat adalah wujud dan bentuk penghambaan itu sendiri. Dengan begitu engkau dianugrahi keselamatan dan diberi kemampuan menyelamatkan, sebagai aku, kata salat, diakhiri dengan salam keselamatan baik ke kanan maupun ke kiri. Demikian penulis memaknai awal tahun, akhir tahun dan tentunnya waktu proses dalam setahun.

Ibadah puasa pun mengajarkan hikmah yang dalam terkait dengan melepas akhir tahun dan menyambut awal tahun. Kata puasa kepadaku, seperti engkau telah pahami bahwa aku puasa diawali dengan keimanan, subtansi esensial diriku, kata puasa adalah pembebasan diri dari wilayah hawa nafsu yang dapat menjatuhkan pada kehewanan dan kebinatangan. Dan pencapaian tertinggi di akhit puasamu adalah derajat.kemuliaan takwa. Maka kunasehatkan kepadamu di hari akhir tahun menjelan awal tahun kehidupanmu, yakni: "Awalilah awal tahunmu dengan kemantapan iman dengan sebenar-benarnya iman. Isilah waktu proses kehidupanmu menuju akhir tahun kehidupanmu dengan memerangi hawa nafsu kehewananmu.  Dengan begitu engkau akan dianugrahi derajat kemuliaan tertinggi di akhir tahun kehidupanmu di sisi Allah.

Sebagai closing statement tulisan ini, dalam melepas akhir tahun 2021 menyambut kedatangan tahun baru, penulis ingin tegas kepada diriku sendiri dan kepada siapa pun yang mendaras tulisan ini, bahwa: " baik di awal tahun kehidupanmu, di waktu proses kehidupanmu menuju akhir tahun, senantiasalah bersama Allah dan jangan pernah berlari menjauh dari-Nya, maka engkau pasti tenang, tentram, damai, bahagia dan selamat. Terbebas dari kegalauan dan kesedihan hidup, terlindungi dari kekhawatiran dan ketakutan hidup, meskipun engkau dalam ujian apa pun. Dengan bersama dengan Allah sebagai modal kekauatan hidupmu, maka ujian kebahagian tidak akan menipu dan melalaikanmu, demikian pula ujian kesusahan dalam menjalani waktu proses kehidupanmu tidak akan menjatuhkan dalam gelapnya lembah keputusasaan yang membinasakan dan menjadikanmu sensara abadi. Wa Allah A'lam. Semoga manfaat dan mensejahterakan. Amiin 

gambar : https://islami.co/tafsir-surat-al-ashr-kiat-agar-tidak-merugi/

Posting Komentar

0 Komentar