Prof.Dr.Khusnul Yaqin,M.Sc.
Kemarin saat mengikuti penjelasan direktur pengolahan sampah di Kampus Chula Bangkok, kami dapat penjelasan bahwa di kampus Chula, bahan plastik sudah direduksi, tapi belum membuat alternatif untuk semacam sedotan plastik. Karena Lion Air mendelay jadwal penerbangan (kebiasaan Lion yang tidak pernah dikenakan sangsi oleh pemerintah) dari pukul 16.00 ke pukul 18.50, saya sempatkan singgah untuk makan di suatu resto di bandara.
Di resto itu saya memesan es cincau. Lumayan menarik di samping gelas es cincau disediakan sedotan. Srett, kertas sedotan saya robek dan ternyata sedotannya bukan dari bahan plastik, tetapi dari bahan kertas. Wah.. Ini sebuah kemajuan, sebuah resto sudah punya kendaraan untuk mengurangi pemakaian bahan plastik yang telah mencemari bumi kita dari udara, darat hingga perairan.
Gara-gara pencemaran plastik masyarakat telah mengeluarkan banyak dana untuk kegiatan monitoring, pengontrolan dan pencegahan pencemaran plastik, mulai dari ukuran nano hingga ke makro.
Oleh karena itu, upaya kecil yang dilakukan salah satu resto di bandara I Gusti Ngurah Rai ini perlu diacungi jempol dan didukung. Kita mesti melakukan tindakan bersama yang solid dan masif untuk mengurangi pencemaran plastik. Jangan karena yang melakukan tindakan semacam tindakan yang dilakukan oleh resto itu, atau bank sampah misalnya adalah musuh kita, lalu kita tidak mendukungnya, justru malah membunuhnya. Tindakan seperti itu adalah tindakan keji.
Menangani masalah pencemaran pada hakikatnya adalah menangani atau mengelolah kesadaran masyarakat. Tanpa kesadaran masyarakat, apapun bagusnya program yang lahir dari kerja logis dan dilakukan para ilmuwan tidak akan berhasil.
Sedotan kertas itu mungkin sebuah karya ilmiah, tapi tanpa kesadaran pemilik warung, maka upaya mengurangi sampah plastik akan sia-sia. Kebijakan pemilik otoritas seperti pemilik warung mempunyai konsekuensi yang berarti bagi upaya mengurangi sampah plastik, dan sampah yang lainnya.
Okelah kalau begitu kita seruput lagi es cincaunya dengan sedotan kertas.
Bandara I Gusti Ngurah Rai, 9 Agustus 2024.
gambar : https://www.kompasiana.com/verashinta
0 Komentar