Ustadz Prof.Dr. Khusnul Yaqin,M.Sc
Kyai Imad sudah tidak mau berpikir logis, baginya statemen nasab baalawi rungkad adalah harga mati. Baginya tidak ada ruang ilmiah bahwa Baalawi adalah keturunan Nabi suci Muhammad SAW.
Di sisi lain, jejak digital oknum Baalawi yang merasa sebagai manusia spesial -- seperti halnya zionis -- dengan merendahkan para Kyai dan kelompoknya bagai api ketemu bensin dengan statemen Kyai Imad dan kawan-kawan Akhirnya percekcokan nasab itu yang awalnya hanya terjadi di medsos, sekarang telah memanifestasi ke bentrokan fisik.
Kedua kutub itu yaitu Kyai Imad yang dekaden dan Baalawi arogan adalah pion-pion yang dengan mudah digerakkan para pengadu domba sehingga masyarakat mengalami distabilitas.
Adu domba ini adalah warisan kolonial kape-kape belanda. Adu domba ini berbahaya jika dibiarkan terus berkobar. Mesti ada upaya pencegahannya. Salah satu caranya adalah seperti yang pernah diusulkan oleh Sayyid Quraish Shihab yaitu tidak perlu membanggakan atau mengklaim nasab. Masing-masing kelompok yang berseteru dan juga masyarakat pada umumnya perlu memperkuat diri dalam bidang: Ilmu, Akhlak dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Ketiga faktor di atas harus menyatu terutama pada diri seorang ruhaniawan yang ada di Nusantara. Tanpa kesatuan itu, maka tidak ada dan tidak perlu ada ruhaniawan yang wajib diikuti oleh masyarakat. Ruhaniawan yang tidak menyatukan tiga faktor di atas adalah ruhaniawan sampah.
Tidak perlu diri yang mengklaim apalagi memanipulasi untuk kepentingan diri. Tapi biarkan masyarakat yang mengakui bahwa kamu orang yang berilmu, berakhlak karimah dan selalu secara ajeg melakukan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini persis seperti yang telah dilakukan oleh Walisongo. Mengapa Walisongo dakwahnya begitu berhasil, salah satunya karena Walisongo tak pernah mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW tapi Walisongo justru menunjukkan kapasistas keilmuan yang bermanfaat untuk kehidupan masyarakat baik secara relijius, sosial, politik dan kebudayaan yang diterapkan dalam pengabdian masyarakat.
Karena ketiga hal tersebut yaitu ilmu, akhlak, amal sosial maka mereka diakui, dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat Nusantara. Bahkan para Walisongo cenderung menyembunyikan nasabnya dalam berbagai simbol, agar bisa lebur dengan manusia Nusantara yang sudah berkebudayaan sangat tinggi. (Diinspirasi oleh Husain Heriyanto)
Tamalanrea Mas, 19 Agustus 2024
gambar : https://mojok.co/liputan
0 Komentar