Ustadz Prof.Dr.Khusnul Yaqin,M.Sc
Imam Khomeini, mendiang pendiri Republik Islam pernah berkata bahwa bulan suci Muharram dan Safar telah menjaga Islam tetap hidup dan menasihati para pendakwah untuk mempromosikan ajaran Islam sejati selama periode ini.
Tentunya apa yang disampaikan oleh Imam Khomeini di atas bukan berasal dari nafsu egosentris Imam sebagai seorang Syiah. Imam Khomeini adalah tokoh yang berkali-kali mempromosikan persatuan Islam. Pernyataan Imam Khomeini yang terkenal: Lasyarqiah wa la gharbiah illal Islam adalah tandasan penting bahwa Imam Khomeini adalah tokoh terdepan dalam mempromosikan persatuan ummat Islam.
Lantas, sebagai tokoh persatuan apa kemudian Imam Khomeini harus berhenti menyebutkan realitas urgensi bulan Muharram dan Safar sebagai bulan perlawanan kepada para petindak zalim? Jawabannya adalah tidak. Apakah Imam Khomeini tidak memperhitungkan anggap saja "perasaan" mayoritas Ahlus Sunnah yang menurut sebagian orang bisa gonjang-gonjing jika peristiwa Asyura dan Safar diperingati?
Pernyataan bahwa perasaan saudara-saudara dalam tradisi Ahlus Sunnah menjadi gonjang-ganjing atau horeg saat tragedi Asyura-Safar diperingati adalah sama dengan menuduh Ahlus Sunnah tidak bersama dengan Imam Husain, Imam Ali Zainul Abidin, Imam Muhammad Al Baqir, Sayyidah Zainab dan pelaku sejarah Asyura dan Safar yang lain yang berporos pada Imam Husain as.
Kalau kita telusuri dengan perspektif kultural maupun diskursus ilmiah tentang mazhab Ahlus Sunnah yang ada di Nusantara dan juga dunia, Ahlus Sunnah adalah mereka yang berpihak kepada Imam Husain berhadapan dengan Yazid, sang penjagal kemanusiaan.
Orang Jawa-- apapun mazhabnya-- misalnya, menyebut bulan Muharram sebagai bulan Suro. Orang Jawa seolah menyebut seluruh bulan Muharram itu adalah bulan duka nestapa, bulan tragedi pembantaian terhadap Imam Husain as dan keluarga Nabi Muhammad SAW. Bagi orang Jawa bulan Suro adalah bulan mistis, bulan ilahiyyah, bulan komitment untuk Imam Husain as.
Seorang pejuangan penentang penjajahan Belanda, Pangeran Diponegoro selalu menyemangati pasukannya dengan semangat Asyura, semangat Husaini. Tidak hanya Jawa dan Pangeran Diponegoro, etnis yang lain di Nusantara mengenang tragedi Asyura dengan caranya masing-masing, seperti peringatan Tabut di Sumatera. Rentetan peringatan Asyura di Nusantara menjelaskan kepada kita bahwa tragedi asyura telah lama melekat dengan tradisi etnis-etinis di Nusantara.
Oleh karena itu, jika saat sekarang ini ada segilintir manusia yang menghalangi peringatan Asyura baik dengan cara yang halus maupun secara kasar, perlu dipertanyakan perspektifnya. Bisa jadi ia terlalu khawatir dengan ilusinya sendiri bahwa kaum Ahlus Sunnah aqidahnya akan terganggu jika peristiwa Asyura dan Safar diperingati.
Padahal kaum Ahlus Sunnah jika ditelisik lebih jeli, pandangannya juga berpihak kepada Imam Husain as daripada berpihak kepada Yazid. Yang kedua, bisa jadi ia termakan oleh provokasi takfiri yang menjadi boneka zionist barat, yang selalu takut dengan spirit perlawanan husaini menjadi spirit global dalam melawan kekejaman zionis Barat.
Ketakutan Zionist barat terhadap spirit husaini tidak hanya terjadi saat sekarang ini. Dulu ketika Pangeran Diponegoro berhasil membangkitkan semangat jihad melalui perang Diponegoro, Belanda membuat berbagai wacana untuk menghentikan jihad Diponegero. Contohnya adalah wacana yang ditulis dalam serat Gatoloco dan Darmogandol.
Wacana itu dibuat Belanda untuk melawan semangat jihad Husaini yang telah dikobarkan oleh Pengeran Diponegoro. Mungkin ada orang yang terpengaruh dengan serat Gatoloco Belanda dalam beberapa tahun, tapi Belanda dan Zionis barat mesti ingat bahwa pasukan Diponegoro tidak mati dan berhenti bersamaan dengan berhentinya perang Diponegoro. Pasukan-pasukan Diponegoro itu hingga kini masih hidup yang selalu membarakan spirit perlawanan husaini untuk melumat kacung-kacung kape-kape Belanda, Zionist barat yang meneruskan tradisi genosida bani Umayah.
Pasukan-Pasukan Diponegoro itu, masih akan tetap merawat peringatan Asyura-Safar dan menghilirisasi peringatan itu dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat, meskipun pernyataan nyinyir dan tindak kekerasan akan menimpa mereka yang dilontarkan oleh kacung-kacung zionis barat. Labbaika Ya Husain.
Unhas, 2 September 2024
gambar : https://www.deviantart.com
0 Komentar